Nggak kerasa 2024 sudah sampai di bulan Februari. Dan sedikit berbeda dengan kebanyakan orang yang mengawali atau menentukan tema bacaan di bulan ini dengan romance, aku memutuskan untuk membaca buku-buku dengan genre misteri-thriller.
Salah satunya yang akan aku review di kesempatan kali ini, yaitu Ve karyanya Vinca Callista. For your information, buku ini adalah buku ke-2 dari Vinca Callista yang aku baca, dan kali ini aku akan mencoba review dengan sedikit comparison dengan buku lain yang pernah aku baca.
So, tanpa berlama-lama lagi langsung saja kita mulai yuk ke reviewnya!
Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Vermillion yang lebih akrab dipanggil Ve. Suatu hari setelah ia pulang dari rumah temannya, ia mendapati kondisi apartemennya yang tidak seperti biasanya. Ayahnya mulai meracu mengatakan bahwa ibunya pergi, pergi bersama selingkuhannya menuju London.
Ve dengan pikiran yang belum sepenuhnya bisa mencerna semua ini, mulai disadarkan kembali dengan ayahnya yang mengajaknya untuk pindah ke rumah neneknya, nenek dari pihak ayahnya.
Ve sebenernya nggak suka tinggal di sana. Dia juga tidak menyukai neneknya itu karena dirinya selalu merasa tidak bebas. Dan benar saja apa yang dikhawatirkannya itu, bahwa setelah mereka tiba di sana pun neneknya mengatur ini dan itu kepada Ve. Mengatakan bahwa perempuan harus ini dan itu dan perempuan tidak boleh ini dan itu.
Lama kelamaan ve mulai merasa janggal dengan sikap nenek serta ayahnya, dan mulai bertekad untuk mencari tahu keberadaan dan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi yang menimpa ibunya.
Narasi di novel ini cukup unik karena diceritakan dari sudut pandang orang kedua. Kayaknya ini adalah novel pertama yang kubaca yang mana bercerita dengan POV seperti ini. Yang mana akan menggunakan kata ganti "kamu" di setiap ceritanya. Tapi nanti kita juga akan menemukan adanya perbedaan sudut pandang yang akan membuat perspektif cerita di sini lebih luas lagi.
Aku sendiri sudah pernah baca karyanya Vinca Callista yang lain yaitu kilah di tahun 2020 lalu, dan aku mendapati kesamaan di antara dua judul ini yaitu sama-sama memiliki aura suram di dalam gaya penulisannya. Entah lewat penggambaran setting tempat, waktu, atau suasana yang ada di dalam sini.
Sekarang untuk alurnya, novel ini bergerak secara maju mundur di mana untuk alur maju atau kondisi di masa kini akan menceritakan kejadian Ve mulai dari sepulang ia dari rumah temannya sampai dirinya dan ayahnya berada di rumah neneknya.
Sementara untuk alur mundurnya kita akan dibawa ke kisah masa lalu dari salah satu tokoh di sini yang mana dulu disebut sebagai Bapak, yang mana Bapak ini adalah sosok yang paling dihormati di kampungnya dan apapun perkataan Bapak adalah pedoman atau kodrat yang dipegang semua orang. Hal itulah yang akhirnya secara nggak langsung menjadi semacam pembentukan pola pikir dari salah satu tokoh yang ada di dalam sini.
Untuk tokoh-tokoh sendiri sebenarnya di sini nggak banyak dan penamaan mereka juga cukup simpel sih ya. Kalau aku compare juga dengan Kilah, memang Vinca Callista selalu menggunakan nama tokoh yang simpel. Tapi entah kenapa aku selalu merasa nama-nama simpel itu justru mempunyai nuansa atau aura yang cukup abu-abu yang cenderung bikin aku ngeri sendiri.
Sekarang aku mau bahas hal yang aku suka dari novel ini, yang pertama adalah bagaimana cerita di sini beneran ngalir untuk dibaca, meskipun pada awalnya aku sedikit mengalami kaget karena menggunakan POV orang kedua. Tapi aku sendiri bisa cepat beradaptasi dengan gaya bahasa Vinca Callista di sini.
Kemudian aku juga suka dengan bagaimana pemilihan setting tempat di sini yang jujur cukup menyajikan unsur remang di dalam ceritanya. dengan memasukkan kepercayaan setempat yang bikin novel ini makin kompleks lagi. Nggak heran kenapa buku ini dilabeli dengan urban thriller karena
memang memasukkan semacam kepercayaan setempat gitu.
Dan yang paling utama, aku suka dengan isu sosial yang dibawakan di dalam novel ini. Mengenai pola pikir bahwa perempuan gak usah sekolah tinggi, perempuan derajatnya lebih rendah dari laki-laki, dan hal-hal lain yang membuat perempuan harus tunduk pada lelaki sangat kental dibahas di sini. Bahkan kayaknya jadi main topic untuk novel ini. Dan topik itu sukses bikin aku gregetan dan pengen banting buku ini, seandainya aku baca versi fisik. Tapi karena aku bacanya digital jadinya aku harus memendam emosiku.
Ngomongin emosi, novel ini juga unik karena memberi judul untuk tiap babnya dengan kata "emosi" lalu diikuti kata sifat yang menunjukkan emosi apa aja yang ada di dalam tiap bab tersebut. Kayak sedih, curiga, jijik, dan lain-lainnya.
Sementara untuk hal yang kurang aku suka dari novel ini mungkin terletak pada endingnya. Menurut aku bagian menuju ending atau klimaks dari cerita ini tampak dibuat seakan segala sesuatunya terjadi dengan cepat sehingga ada kesan terburu-buru dalam menyelesaikan ceritanya. Di satu sisi agak bikin aku mengerutkan kening karena tampak nggak make sense, tapi di sisi lain aku senang dengan
bagaimana akhirnya tokoh dengan pemikiran kolot bisa dihapuskan dan nggak akan ada lagi orang yang punya pemikiran seperti itu lagi, at least di dalam cerita ini.
Dan untuk poin terakhir alias rating aku mau memberikan novel ini 5 dari 5 bintang. Sudah lama aku nggak baca thriller yang benar-benar mencekam bahkan dari kalimat pertama sampai akhir kayak novel ini. Dan begitu juga dengan novel Kilah, aku juga kasih rating 5 karena menawarkan kisah kelam dengan ending yang bikin melongo.
Oke itu tadi adalah reviewku tentang novel Ve karyanya Vinca Callista. Kalau kamu pernah baca novel ini boleh juga tulis di kolom komentar gimana impresi kamu terhadap novel ini.
Aku akhiri dulu blognya sampai sini dan kita akan ketemu lagi di blog yang selanjutnya ya! Dadah~
Komentar
Posting Komentar