Adakah dari kamu yang merupakan seorang pembaca AU? Kalau aku pribadi aku belum pernah cobain baca baik yang versi chat yang bisa kamu akses di twitter, ataupun versi cetak dalam bentuk novel. Kebetulan beberapa hari lalu aku sudah menyelesaikan satu novel adaptasi dari AU yaitu Hello, Cello. karyanya Nadia Ristivani.
Mungkin beberapa dari kamu sudah nggak asing lagi ya dengan judul yang satu ini, termasuk aku yang menjadikan judul ini sebagai wishlist beberapa waktu yang lalu.
Anyways selamat hari Natal buat kamu yang merayakan ya! So without any further ado, lets get started to the review!~
Novel ini menceritakan seorang gadis bernama Helga yang mana seorang penulis cerita-cerita roman. Meskipun Helga menuliskan cerita bergenre roman, kisah cinta yang dialaminya tidak mendapatkan keberuntungan sedikit pun. Pasalnya, sudah berkali-kali Helga mengalami akhir pahit yang sama di setiap hubungan yang dijalaninya.
Hingga suatu saat, salah seorang cowok populer bernama Cello mencoba mendekati Helga dengan alasan untuk membantunya mendekatkan Cello kepada salah satu sahabat Helga.
Helga yang merasa lelah dengan percintaan berusaha mati-matian untuk menjaga perasaannya dengan Cello yang mana terkenal sebagai lelaki modus nomor satu di kampusnya.
Namun lama kelamaan Cello mulai menyadari bahwa dirinya menemukan sesuatu yang lain pada diri Helga, dan dirinya pun mati-matian berusaha mencari cara untuk mengobrol dengan Helga tanpa dipandang modus sedikit pun oleh gadis itu.
Cukup klise dan selayaknya novel-novel romance pada umumnya ya?
Sekarang kita mulai ke reviewnya. Di sini yang pertama aku mau bahas tentang narasinya. Novel ini diceritakan dari sudut pandang orang ketiga yang akan menyoroti kehidupan Helga dan Cello. Meskipun memang sih lebih banyak mengambil porsi Helga, karena di sini Helga jatohnya sebagai tokoh utama lah ya.
So far aku nggak merasakan masalah dengan penulisan pada novel ini. Bahasanya mungkin terkesan baku dan puitis namun tetap ringan dan enak untuk diikutin sampai halaman terakhirnya. Dan ngomongin penulisan nih, aku juga suka dengan bagaimana penulis mampu menciptakan daya pikat yang terpancar dari sifat-sifat tokoh atau latar tempat yang digunakan, sehingga pembaca tuh kayak pengen terus ikutin ceritanya dari awal sampai akhir.
Alur di sini bergerak maju yang dimulai dengan kehidupan Helga sebagai seorang penulis dan seluk beluk kehidupannya, khususnya pada kehidupan percintaan yang dialaminya, yang digadang-gadang selalu berakhir sama alias gagal. Kemudian kita akan mengikuti kehidupan Helga pada kampusnya bersama teman-temannya yang super kocak abis. Begitu terus hingga akhirnya membuat Helga mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan sosok Cello dari jarak dekat.
Sekarang aku mau bahas tokoh-tokoh di sini. Bisa kubilang cukup banyak ya untuk tokoh-tokoh di sini. Mulai dari circle pertemanan Helga sendiri yang sifatnya pada sengklek semua, belum lagi circle pertemanan Cello yang juga mixed-combination abis. Beberapa tokoh seperti keluarga Helga juga menambah kesan nyata dalam cerita ini.
Selanjutnya aku mau bahas mengenai hal yang aku suka di novel ini. Yang pertama penggunaan kata nggak biasa untuk menggantikan kata "mata" atau "pandangan". Di sini, instead of those words, penulis lebih sering atau bahkan selalu menggunakan kata "netra" sebagai gantinya, yang mana menurutku itu cukup unik dan jarang ditemuin pada novel-novel lainnya. Apalagi ini novel romance.
Kemudian aku juga suka bagaimana penulis di sini mencoba mengulik beberapa isu-isu sosial yang terkait seputar perkeluargaan, khususnya di sini sedikit menyinggung masalah broken home, yang mungkin bisa jadi salah satu trigger warning sebelum kamu baca.
Sementara untuk hal yang nggak aku suka, aku nggak tahu kenapa justru intensitas tegang dan daya pikat yang paling menonjol terletak pada seperempat bagian menuju akhir, yang artinya tiga perempat bagian pertama cukup flat alias begitu-begitu saja. Aku juga merasa bahwa cukup banyak hal-hal yang kurang penting yang dimasukkan di dalam sini, yang menjadikan novel ini mempunyai tebal 400-an halaman.
Meskipun at the end aku bisa menghubungkan antara satu scene dengan scene lainnya yang menjadikanku paham beberapa kejadian janggal yang terjadi pada novel ini. Jadi 400-an halaman itu terasa make sense lah ya, meskipun aku juga bertanya-tanya mengapa pula harus dibuat setebal itu?
Dan ini mengarah pada kesimpulan terakhir alias rating, dan aku mau kasih 3,8 bintang untuk novel ini. Salah satu novel romance yang aku enjoy bacanya dan mungkin bisa jadi pengantar yang cocok terhadap novel-novel AU yang lainnya. Dan jujur saja aku lebih suka novel adaptasi AU seperti ini ketimbang novel adaptasi wattpad.
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai novel Hello, Cello. yang ditulis oleh Nadia Ristivani. Buat kamu yang sudah baca novel ini, share opini kamu di kolom komentar di bawah ya. Aku akhiri dulu blognya sampai sini dan kita ketemu lagi di blog yang selanjutnya!~
Komentar
Posting Komentar