Aku sering banget ngelihat judul To Kill a Mockingbird yang ditulis oleh Harper Lee ini sebagai salah satu novel klasik yang katanya wajib dibaca minimal sekali seumur hidup. Sampai akhirnya aku berpikir emangnya isinya tentang apa sih kok sampai dapat label tersebut?
Sampai akhirnya aku punya kesempatan untuk baca novel ini bulan ini dan akhirnya aku bisa membuktikan kenapa novel ini diberi label tersebut, bahkan menurutku layak untuk mendapatkan label minimal baca sekali seumur hidup.
Jadi di sini aku bakal mereview novel ini serta menjabarkan bagaimana impresiku pada akhirnya dan berapa rating untuk buku ini. Kalau kalian penasaran langsung saja kita mulai yuk ke reviewnya!
Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang anak perempuan yang bernama Jean Louise. Dia hidup di era Amerika pada tahun sekitar 1950-an, di mana tahun-tahun itu masih getol-getolnya Amerika melakukan "perlakuan khusus" alias diskriminasi kepada ras-ras tertentu, khususnya ras orang kulit hitam.
Jean Louise yang merasa ada yang salah tentu saja mencoba memahami apa yang terjadi. Lewat kacamata gadis berusia 8 tahun ini kita pun mulai dibawa menuju masa lalu yang mana menegakkan keadilan dianggap hal yang salah, sementara "berbuat dosa" yang lain dianggap wajar.
Belum lagi di sini ayah Jean Louise yang bernama Atticus adalah seorang pengacara yang saat ini membela orang kulit hitam atas suatu kasus pembunuhan yang dituduhkannya. Tentu saja hal ini semakin membuat situasi memanas dan keluarga Jean Louise mendapatkan perlakuan yang berbeda pula.
Lantas bagaimana Jean Louise menyikapi hal tersebut dan kepada siapa dia membagikan apa yang dia lihat dan alami? Kamu bisa baca sendiri di bukunya ya!
Sekarang aku mau mereview dari narasinya. Novel ini ditulis dari sudut pandang orang ketiga yang akan berfokus pada Jean Louise. Meskipun dari sudut pandang orang ketiga, kita tetap bisa mengerti apa yang dirasakan atau dipikirkan Jean Louise di sini.
Nah, seperti omonganku tadi bahwa kita di sini akan mengikuti kehidupan Jean Louise sebagaimana kehidupan anak-anak seusianya. Mulai dari lelucon klasik mengenai hantu yang tinggal di rumah ujung gang, kakak Jean Louise bernama Jeremy yang jarang akur dengannya, pandangan Jean Louise terhadap asisten rumah tangga yang tak ia sukai, dan pandangannya terhadap beberapa tetangga dan sifat mereka. Hal-hal semacam itulah.
Di beberapa kondisi tertentu kita sebagai pembaca bisa bersimpati terhadap Jean Louise, bagaimana dia sering dianggap sepele bahkan oleh keluarga besarnya sendiri, dan bagaimana dia dianggap anak yang tidak mematuhi aturan pada saat itu oleh gurunya sendiri.
Sekarang untuk alurnya, novel ini bergerak maju dengan alur yang lumayan lambat. Layaknya novel klasik kebanyakan di mana untuk menjelaskan satu kejadian dibutuhkan pemahaman yang lebih tinggi, novel ini juga nggak lepas dari hal itu. apalagi ditambah dengan konflik yang sedang dialami oleh tokoh-tokoh di sini.
Ngomongin konflik, di sini tuh konfliknya bener-bener berlayer-layer alias banyak pakai banget. Dan bisa kubilang konflik itu adalah gambaran keadaan sosial yang pernah atau mungkin sampai sekarang sedang terjadi, khususnya di amerika sih kalau bisa aku terka. Lewat alur cerita yang lambat itu pula penulis seolah ingin menjabarkan lebih banyak lagi keadaan-keadaan yang memanas di tahun 50-an.
Untuk tokoh-tokoh, di novel ini ada banyak banget. Tadi aku bilang kalau Jean Louise masih berusia 8 tahun yang mana dia sedang getol-getolnya aktif terhadap lingkungan sekitar. Benar-benar untuk anak seukuran jean louise, menurutku dia punya daya nalar yang cukup mengagumkan. Apalagi di beberapa kesempatan dia dan ayahnya sering bertukar pikiran di malam hari.
Sekarang aku mau bahas hal apa saja yang aku suka dari novel ini. Yang pertama tentu saja dengan bagaimana isu sosial seputar diskriminasi ras di sini dibahas cukup kental bahkan kayaknya jadi main topic di novel ini. Hal ini direpresentasikan lewat pekerjaan ayah Jean Louise yang mana adalah seorang pengacara. Dan atas aksi pembelaan ayah jean louise terhadap si orang kulit hitam ini, dia jadi semacam dicap buruk oleh banyak orang, termasuk keluarganya sendiri.
Kemudian aku juga suka bagaimana penulis menggunakan POV dari anak kecil berusia 8 tahun. Tapi di sini jangan meremehkan mentang-mentang dari POV anak kecil ya. Ini bisa kubilang cukup berbobot bahkan aku sendiri waktu membacanya benar-benar butuh konsentrasi yang tinggi untuk mengerti dan memahami situasi yang ada.
Terlebih di sini penulis sanggup merenggut emosi pembaca yang rasa-rasanya tuh bener-bener diaduk-aduk di dalam sini. Mengingat jean louise yang bener-bener hampir selalu disalahkan dalam banyak kondisi juga bikin aku muak.
Sementara untuk hal yang kurang aku suka mungkin hanya terletak di alurnya saja sih. Lambat dan konstan. Tapi menurut aku ending buku ini juga bukan sesuatu yang wow yang membuat kita merasa puas atau menemukan jawaban yang selama ini kita cari-cari. Jadi pure konfliknya tuh hanya ada di bagian tengah buku ini saja yang bisa kubilang semakin lama semakin menempel satu sama lain sehingga membentuk layer-layer konflik di cerita ini.
Dan ini akan jadi poin terakhir yaitu rating. Aku sendiri ngasih rating 4 dari 5 bintang. Fyi aku sendiri sudah pernah baca buku keduanya yaitu Go Set a Watchman di tahun 2020, tapi kalau disuruh membandingkan secara keseluruhan, aku lebih suka judul yang ini dibandingkan dengan judul yang keduanya. Dan kalau dibilang novel ini adalah buku wajib baca sekali seumur hidup, all I can say is bener banget!
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai novel To Kill a Mockingbird yang ditulis oleh Harper Lee. Novel ini sekarang lumayan susah dicari tapi kalau kamu pengen buat baca bisa coba cek di Google Play Books atau di iPusnas.
Dan buat kamu yang sudah baca aku penasaran bagaimana impresimu terhadap novel yang ini, bisa ditulis di kolom komentar di bawah ya! Aku akhiri dulu reviewnya sampai sini dan kita akan ketemu lagi di review-review yang selanjutnya. Dadah!
Komentar
Posting Komentar