Halo semuanya! Jadi di blog kali ini aku mau mereview novel yang bergenre romance, yang jarang-jarang aku bahas. Karena memang aku baca romance cukup jarang sih sebenarnya. Dan kali ini aku mau review novel berjudul Friend Zone yang ditulis oleh Vanesa Marcella. Ini adalah novel wattpad jadi buat kamu yang pengin baca bisa pergi ke wattpad atau juga bisa kamu baca di aplikasi iPusnas untuk mendapatkan versi lengkap dari cerita ini. Tanpa berlama-lama lagi langsung aja kita mulai, yuk!
Keunikan novel ini menurutku terletak di narasinya. Narasinya menggunakan sudut pandang orang pertama dari sudut pandang Abel dan beberapa bagian menggunakan sudut pandang David. di sudut pandang Abel ini penuturannya itu melalui buku hariannya dia, jadi ceritanya si Abel ini memang gemar menceritakan kejadian yang dia alami hari demi hari. Kita nanti bakal dibawa ke waktu di mana Abel baru saja naik kelas dua SMA hingga saat ini. Tapi kalau untuk sudut pandangnya David lebih menunjukkan kejadian yang langsung dia lihat, tanpa ada perantara seperti Abel yang menggunakan buku diary. Tapi di beberapa bagian nanti juga akan ada sudut pandang ketiga yang membuat ceritanya unik menurutku. Menurutku dari bermacam sudut pandang tersebut, ada perbedaan antara sudut pandang Abel, David serta penceritaan oleh orang lain alias POV orang ke-3. Sudut pandang Abel hanyalah kesedihan dan kegalauan, serta aku merasakan bahasa-bahasa yang sebenarnya gak baku tapi dijadikan baku yang menurutku kesannya jadi maksa. Sementara untuk sudut pandang David aku gak mengalami masalah sama sekali. Dan untuk sudut pandang orang ketiga inilah yang menurutku ceritanya mulai mengalir dan enak. Entah kenapa bahasa yang digunakan lebih make sense aja meskipun masih terdapat kalimat-kalimat puitis di dalamnya.
Kemudian untuk alur, di sini cukup cepat mulai dari Abel masuk ke kelas dua SMA itu hingga kejadian-kejadian yang mengikutinya setelahnya. Alur yang cepat ini mungkin terjadi karena faktor bahasanya yang enak khas cerita wattpad, yang memang kebanyakan menggunakan bahasa non-baku. Tapi ya itu tadi, aku merasakan keanehan ketika membaca kalimat yang memiliki kalimat baku dan tidak baku secara bersamaan, dan juga ada beberapa kata yang kesannya jadi cuma dibuat bagus dengan dibolak-balik padahal kalimat tersebut bisa disampaikan secara biasa. Selain itu aku juga menemukan, cukup sering, kata-kata yang diulang dan kata-kata yang dobel. Tapi untuk ceritanya sendiri overall oke. Aku cukup menikmatinya.
Nah sekarang kalau bahas tokoh-tokoh, di sini gak terlalu banyak. Tapi bisa aku bilang tokoh sampingan di sini cukup main peran dan bisa membawa suasana di cerita ini. Tokoh di sini tentu saja kebanyakan adalah teman-teman Abel dan juga David.
Untuk plot twist di sini ga yang terlalu mencengangkan, tapi ada satu scene yang membuat pembaca menjadi paham dengan cerita tersebut. Tapi menurutku scene itu tidak ada kaitannya dengan konflik utama yang sedang dialami tokoh utama. Dan kalau mengerucut kepada ending, menurutku endingnya mudah ketebak. Bukan dari ceritanya akan dibawa ke mana melainkan lebih ke "nasib" dari tokoh utama ini, Abel dan David. Dan aku juga yakin kalian pasti tahu endingnya mereka itu bakal jadi apa, ya kan?
Sekarang untuk hal yang aku suka, mungkin sejauh ini adalah ide cerita aja sih. Penulis sanggup membawakan cerita yang fresh dan unik meskipun dengan unsur-unsur khas wattpad yang kental di sini. Dan juga membawakan cerita dengan bahasa yang ringan yang kita gak perlu mikir banget untuk menyelesaikan novel ini dengan segera.
Sementara untuk kekurangan, sudah aku sampaikan tadi di bagian narasi dan juga alur yang menurutku agak terlalu berlebihan dan terkesan aneh. Bahasa non-baku yang bercampur dengan bahasa baku yang juga membuat kening berkerut. Serta juga penggunaan kalimat puitis yang mungkin dengan tujuan memperindah tulisan yang menurutku membuat ceritanya agak sedikit kurang. Dan juga aku mau menyampaikan pesan kepada seluruh penulis wattpad: cobalah buat cerita selain romance yang ujungnya ketebak. Karena semakin ke sini setiap kali mendengar kata romance, aku akan selalu berpikir bahwa ceritanya semuanya sama. Gak peduli dengan konflik seberat apapun yang dialami tokoh, tetap aja endingnya sama. Karena cerita cewek yang suka cowok tapi cowoknya gak suka balik tapi si cewek berambisi sampai kayaknya si cowok terpaksa suka dan akhirnya pacaran menurutku udah common. Dan aku cukup sebal dengan tokoh cewek yang seperti itu yang kesannya egois dan tidak mau memandang dunia secara luas. Cobalah buat cerita romance yang meninggalkan kesan bagi para pembaca, bukan menyuguhkan cerita dengan imej baper dan lain sebagainya. Karena kisah percintaan tidak semudah dan se-lembek itu.
Oke, itu tadi review mengenai novel Friend Zone yang ditulis oleh Vanesa Marcella. Mungkin review kali ini kebanyakan hanyalah unek-unek dan emosi belaka, jadi mohon dimaafkan ya. Karena mengingat genre romance itu masih agak lovehate sama aku. Aku pribadi menikmati genre romance, tapi kalau yang terlalu menye dan unyu menurutku gak dulu. Dan aku berusaha untuk memberikan review terbaik terhadap buku yang sudah kubaca ini, semoga kita bisa saling bertukar opini ya!
Terima kasih buat kalian yang sudah baca sampai bawah sini. Kalau kamu menikmati konten-konten dalam bentuk video, bisa kunjungi channel YouTube-ku di sini ya. Sekali lagi terima kasih, dan sampai ketemu di blog selanjutnya!

Komentar
Posting Komentar