Novel Teenlit yang Kurekomendasikan Untuk Kamu Baca Apalagi Kalau Lagi Dimabuk Cinta, Review Novel Minoel
Di bulan Maret ini kan ada hari yang memperingati International Women's Day, nah rasa-rasanya aku semacam cocok ketika membaca judul yang akan aku bahas ini, yaitu Minoel karyanya Ken Terate. Kenapa aku bilang cocok karena memang tema yang dibawakan bisa kubilang cukup relevan di kehidupan nyata. Belum lagi permasalahan yang ada di dalam novel ini tuh ada di kehidupan di sekitar kita. Penasaran tentang apa sih novel ini sebenarnya? Simak terus ya!
Namun hidupnya sedikit demi sedikit berubah saat ia bertemu dengan Akang, pria yang menaruh perasaan padanya. Pria yang selama ini "dicari-cari" oleh Minoel karena menjadi pria yang mampu menerima Minoel dengan segala kekurangannya.
Namun Perlahan-lahan sifat Akang mulai berubah dan sering menuntut ini-itu dari Minoel. Sampai-sampai teman Minoel sudah memperingatkan bahwa hubungan Minoel dan Akang "tidak beres".
Rasa Cinta sudah membutakan Minoel dan dia selalu berpikir kalau rasa cinta itu memang selalu harus ada yang dikorbankan. Namun ketika Akang meminta lebih, apa itu yang dinamakan rela memberikan segalanya?
Nah dari blurb yang sedikit aku percikkan di sini mungkin kamu semua sudah kebayang ya kalau novel ini juga mengangkat sedikit isu toxic relationship yang mana sering dijumpai di sekitar kita atau malah menjadi permasalahan yang saking banyaknya dialami, menjadi atau terdengar "biasa". Jadi sedikit trigger warning nih ya buat kamu sebelum baca novel ini.
Sekarang kita mulai ke reviewnya, di sini yang pertama aku mau membahas tentang narasinya. Narasinya di sini unik karena kita akan mengikuti cerita dari semacam diari yang ditulis sendiri oleh Minoel ini, yang itu berarti tentu saja menggunakan gaya penceritaan dari kacamata si Minoel ini sendiri.
Dan karena formatnya seperti diari itulah menambah kesan enteng dan enak banget untuk dibaca, jadi kita pembaca nggak akan dibuat pusing lah dengan narasi di dalam sini. Belum lagi penulis memasukkan beberapa kata-kata yang memang khas Jowoan atau beberapa kata yang memang--mungkin--sering digunakan di pedesaan.
Kalau ngomongin pedesaan, di sini penulis menggambarkan suasana pedesaan itu cukup jelas. Serta sedikit-sedikit bagaimana sih kehidupan Minoel ini di sana. Digambarkan juga Minoel yang rumahnya harus melewati jalanan menanjak, masih memakai sumur, dan lain sebagainya. Suasana desanya tuh bikin adem dan bikin aku jadi kangen kampung halaman!
Kemudian hal selanjutnya yang mau kubahas adalah alurnya, di sini alurnya bisa kubilang alur maju-mundur karena memang di bagian awal kita akan disodorkan oleh cerita Minoel di masa sekarang. Dan Minoel membuat cerita dengan format diari itu bukan tanpa alasan jadi kita juga akan mengikuti kisah Minoel sebelumnya yang membuatnya sampai di saat ini.
Lewat penceritaan alur tersebut aku jadi tahu bagaimana Minoel ini awalnya yang cukup iri ya dengan temannya yang pada sudah punya pacar. Sampai akhirnya dia "mendapatkan" salah satunya. Dia percaya bahwa pria yang didapatkannya ini adalah "orang spesial" karena sudah mau menerima setiap kekurangannya. Namun ketika dia melakukan suatu "kesalahan", Minoel malah menganggapnya itu hal yang wajar mengingat beberapa kekurangan yang diterima oleh kekasihnya.
Untuk tokoh-tokoh di sini lumayan banyak sih, dan itu juga menjadikan novel ini lebih hidup dengan hadirnya tokoh-tokoh tersebut. Untuk tokoh teman Minoel yang bernama Yola, di sini aku suka banget sebenarnya sama sifat dia. Karena dia yang paling "nyalak" untuk mengingatkan hubungan Minoel dengan Akang, pacarnya. Meskipun orang-orang menganggap Yola ini kasar tapi dia ngomong apa adanya dan memang omongan Yola kadang terbukti benar. Tapi selain itu Yola menurutku juga kadang melontarkan hal-hal yang bikin ngakak sih.
Oke sekarang aku mau kasih tahu hal apa sih yang aku suka di sini. Yang pertama tentu dengan tema yang diangkat. Yang mana menurutku agak jarang ya dimasukkan sebagai tema ke dalam novel teenlit. Ya as you know kebanyakan kalau novel teenlit romance itu seperti apa alurnya. Yang, ehem-ehem, pasti ketebak endingnya. Tapi di sini penulis seakan ingin merombak semacam stereotip yang menempel pada novel romance, teenlit pula ya kan. Apalagi tema mengenai toxic relationship yang menurutku sering terjadi juga bisa menjadi refleksi ke diri kita lewat buku ini. Jadi itu hal pertama yang menurutku unik.
Hal kedua tentu dari message atau pesan yang disampaikan di novel ini. Memang benar ada pepatah yang pernah mengatakan kalau cinta bikin buta. Ya tentu buta di sini adalah kata kiasan namun meskipun kita masih bisa "melihat" justru kebutaan dari cinta itulah yang membuat kita malah seakan menutup mata.
Sementara untuk hal yang aku nggak suka, mungkin beberapa di antara kalian sudah bisa nebak ya. Yaitu kelakuan Minoel ini. Yang literally sudah terbutakan oleh cinta. Namun dari sudut pandang Minoel aku juga belajar bahwa apa iya ini yang dialami oleh para perempuan di luar sana yang terjerat hubungan toxic? Merasa terkengkang namun tak rela melepaskan?
Daripada emosi di sini aku mau langsung kasih tahu ke kalian berapa rating yang aku kasih untuk novel ini. Jujur sebenarnya aku nggak bisa kasih rating terlalu tinggi ya, mengingat teman-temanku di Goodreads pada kasih rating tinggi bahkan 5 bintang. Tapi di sini aku kayaknya cuma bisa kasih 3,8 dari 5 bintang buat novel ini.
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai novel Minoel karyanya Ken Terate. Salah satu karya Ken Terate lain yang pengin aku baca yaitu Savana & Samudra, yang semoga itu nggak menjatuhkan ekspektasiku dari ketinggian ya. Nyesek sih. Oke kurasa sampai situ aja blog nya dan kita ketemu lagi di blog selanjutnya!
Komentar
Posting Komentar