Apakah kalian termasuk salah satu pembaca karya-karyanya Meg Cabot? Aku pribadi baru pernah baca satu judul di bulan Maret lalu dan itu semacam cerpen atau side story-nya gitu sih, dan di bulan ini aku mendapat kesempatan lagi nih untuk icip karya lain dari Meg Cabot yang aku juga nggak kalah suka.
Di blog kali ini aku mau bahas nih mengenai novel Queen of Babble atau judul terjemahannya itu menjadi Ratu Ngoceh yang ditulis oleh, Meg Cabot tentunya, jelas di awal aku menyinggung beliau! Jadi ya sudah tanpa berlama-lama lagi langsung saja kita mulai yuk ke reviewnya!
Namun sesampainya di Inggris hal yang tidak mengenakkan harus diterima oleh Lizzie yang membuatnya berakhir sendirian di tengah-tengah keramaian London. Dan suatu keajaiban yang diterima Lizzie bahwa sahabatnya mengundangnya ke Paris untuk berlibur bersama, dan tanpa pemikiran yang panjang lagi berangkatlah Lizzie ke Paris dengan bekal bahasa Perancis seadanya.
Sesampainya di Paris kehidupan tenang yang mewah segera menghampiri Lizzie karena dia dan sahabatnya akan tinggal untuk sementara waktu di sebuah kastil milik teman pacar sahabat Lizzie, bingung nggak tuh.
Namun satu hal yang diketahui secara pasti oleh Lizzie bahwa dia harus menutup mulutnya rapat-rapat. Karena bencana demi bencana akan mengalir lewat kata-katanya jika dia tidak bisa menahan mulut besar itu. Dan akankah Lizzie berhasil menutup mulutnya itu sehingga tidak membuat perpecahan terhadap tuan rumah dan juga putranya, yang diam-diam dicintai Lizzie?
Premisnya mungkin terdengar sederhana ya, layaknya novel-novel kontemporer yang mungkin pernah kamu baca. Tapi aku nggak menyangka bahwa akan menemukan ketertarikan dalam membaca novel ini. Ketertarikan seperti apa itu? Dan sekarang kita akan masuk ke bagian reviewnya nih!
Narasinya di sini pakai sudut pandang orang pertama dari sudut pandangnya Lizzie sendiri. Dan karena pakai POV orang pertama kita tentu akan mengerti apa yang dipikirkan oleh Lizzie di setiap detiknya. Dan sesuai dengan judul dari novel ini, yaitu Ratu Ngoceh--dalam bahasa Indonesia, di sini pikiran-pikiran Lizzie tuh kayak bener-bener ngoceh tiada henti. Di setiap beberapa saat ada saja hal-hal random yang sampai out of the box yang dipikirkan oleh Lizzie termasuk pikiran lain yang membuatnya berusaha untuk menghentikan sikap terlalu ngocehnya itu.
Aku pribadi merasa menikmati narasinya dan bagaimana di beberapa bagian juga sanggup membuatku ketawa ngakak dan juga merasakan simpati di dalam sini. Mungkin juga faktor terjemahannya luwes jadi aku bisa mengikuti ceritanya sedemikian rupa. Nggak lupa dengan deskripsi keindahan Inggris dan Paris yang akan kita temukan di sini seolah membuat kita berjalan-jalan di dua tempat tersebut.
Alurnya sendiri bergerak maju yang dimulai ketika Lizzie merayakan acara kelulusannya dan mengutarakan planningnya mengenai kunjungannya ke Inggris untuk mengunjungi pacarnya, Andy. Sementara sahabat Lizzie, Shari, akan pergi ke Paris untuk berlibur dan mengajak Lizzie pula. Namun Lizzie yang sudah dimabuk cinta tetap kekeuh untuk pergi ke Inggris itu.
Begitu seterusnya hingga hal-hal terjadi yang membuat Lizzie sadar bahwa dirinya harus segera pergi dari Inggris namun tidak menuju rumahnya, karena kakak-kakaknya sudah memperingatkannya untuk tidak pergi ke Inggris, sehingga berakhirlah Lizzie di sebuah istana di Paris bersama dengan Shari.
Perpindahan alurnya menurutku cepat namun aku tetap bisa mengikutinya. Dan bagaimana penulis bisa membuat cerita ini sebegitu enaknya mengalir dan juga bagaimana ceritanya bergerak bikin aku enjoy saat membacanya.
Tokoh-tokoh di dalam novel ini bisa kubilang memang cukup banyak dan karakter yang sangat bervariasi juga sukses membuat ceritanya semakin hidup dan membuat skill ngoceh Lizzie di beberapa poin semakin terasah. Untuk tokoh Lizzie sendiri aku suka karena dia ini perempuan yang digambarkan memiliki pendirian yang tegak. Aku juga suka bagaimana dia tuh berpikir untuk melakukan apa yang menurutnya benar meskipun orang lain mengejek perbuatannya dan menganggapnya rendah.
Juga bagaimana Lizzie dapat beradaptasi dengan cepat dan membaur dengan semua orang untuk tetap membuat impresi yang bagus itu juga menurutku keren. Dan aku juga suka karena semakin ke belakang Lizzie mengalami perkembangan yang membuatnya nggak menye dan gampang dihasut oleh kata-kata manis. Dia cepet belajar, dan itu sekali lagi, keren.
Sekarang aku mau bahas hal yang aku suka di novel ini, yaitu bagaimana penulis sedikit menyelipkan beberapa isu-isu sosial di dalam sini yang bisa kubilang sedikit menyangkut masalah feminisme. Dan itu terbukti dari sikap Lizzie yang mengalami perkembangan itu tadi. Juga bagaimana di sini penulis mampu membawakan mungkin beberapa unpopular opinion yang mungkin untuk ukuran orang di luar sana hanya terdapat beberapa.
Selain itu aku juga suka bagaimana penulis membuat cliff-hanger di akhir babnya yang membuat kita jadi pengin balik terus halamannya hingga halaman terakhir. Dan juga ngomongin akhir bab nih, di setiap akhir babnya itu kita juga akan disodorkan sedikit nih fakta mengenai sejarah di bidang fashion yang adalah passionnya Lizzie. Aku juga suka sih dengan sedikit cuplikan itu karena menunjukkan pada kita mengenai sosok Lizzie ini sendiri seperti apa, dan juga membuat kita paham bahwa seseorang jika menyangkut passion akan rela melakukan apa pun itu.
Sementara untuk hal yang kurang kusuka mungkin di sini di beberapa bagian agak sedikit terkesan janggal dan di beberapa bagian pula aku seolah bisa menebak kelanjutan ceritanya seperti apa dan terbukti benar adanya. Namun meskipun begitu aku tetap bisa menikmati ceritanya dan juga bagaimana narasi yang sebegitu enaknya tadi tetap memukau meskipun hal yang kurang kusuka yang kusinggung barusan.
Dan juga di sini ada satu bagian yang kayaknya ngebikin Lizzie seolah-olah jadi budak gitu yang sempat membuatku kasihan padanya, namun aku ngelihat bagaimana Lizzie justru menyikapinya dengan antusias karena itu berurusan dengan passionnya itu tadi.
Meskipun begitu aku tidak akan sungkan memberikan 4 dari 5 bintang untuk novel ini. Salah satu bacaan yang ringan dan membawakan experience baru dari narasi yang super detail dan juga kita seolah ikutan ngoceh karena mengetahui bagaimana kalutnya pikiran Lizzie di dalam sini yang kocak dan menghibur.
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai novel Queen of Babble atau Ratu Ngoceh yang ditulis oleh Meg Cabot. Aku mau ngucapin makasih buat kamu yang sudah baca sampai sini, dan kita akan ketemu lagi di blog-blog selanjutnya! Dadah!
Komentar
Posting Komentar