Di awal bulan ini aku menyelesaikan lagi satu komik slice of life yang aku dapatkan secara gratis di Google Play Books, yaitu Silent Voice yang ditulis oleh Yoshitoki Oima. Dan yang akan aku review pada blog kali ini yaitu yang volume pertamanya, ya!
Intermezzo, ketika temenku tahu bahwa cerita ini ada dalam bentuk komik, dia excited karena selama ini dia cuma lihat animenya, dan dia rekomendasikan aku buat baca. So semakin tergugahlah aku, dan di blog kali ini bakalan kubahas sampai tuntas. Lets start!
Komik ini bercerita tentang Shoya, seorang anak laki-laki yang sedang dalam masa pertumbuhan, layaknya anak-anak lain di usianya. Kehidupan yang mulai "flat" dan berusaha mencari sesuatu yang baru, selalu hadir di hari-hari Shoya.
Kenakalan demi kenakalan juga dilakukannya tanpa rasa penyesalan yang bertameng pada rasa ingin tahu. Hingga suatu hari di kelasnya kedatangan siswa pindahan bernama Shoko, yang mana dia tidak bisa mendengar (tuli).
Ide liar Shoya untuk mengeksplorasi dunianya mulai memuncak dengan hadirnya Shoko yang jadi sasaran empuk buat dirinya. Berbagai macam keisengan dan kekerasan dilakukannya hanya demi memuaskan kegembiraannya.
Hingga suatu hari Shoko memutuskan berhenti dari sekolah karena ulah Shoya. Hal ini membuat Shoya dikenal sebagai lelaki pembully bahkan mulai dijauhi teman-temannya. Hal ini pula yang membuatnya lambat laun mulai membenci Shoya.
Dan di suatu titik keduanya bertemu di waktu yang berbeda dengan Shoya yang dipenuhi perasaan yang berkecamuk di dirinya. Akankah mereka berdua masih berteman dengan semestinya? Nah itu tadi penjelasan singkat mengenai komik ini, sekarang aku akan ulas lebih lanjut.
Narasi di sini disampaikan dengan baik, dengan gambar-gambar yang mentereng alias banyak detail. Hal ini juga menurutku cukup bagus untuk membangun suasana, khususnya setting tempat yang ada di dalam sini, sehingga kita bisa melihat bagaimana cerita di sini berjalan. Beberapa setting tempat seperti salon yang menjadi tempat ibu Shoya mencari mata pencaharian pun juga digambarkan dengan jelas di sini, yang menurutku sedikit menambah poin plus yang menarik.
Alur dalam komik ini diceritakan secara maju mundur di mana kita akan disodorkan dengan Shoya yang menghadiri suatu tempat yang mana membuatnya bertemu dengan Shoko, dan dari situ ingatan masa lalu Shoya akan Shoko mulai tercipta. Jadi di bab-bab selanjutnya kita akan dibawa mundur ke 6 tahun yang lalu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Pergantian alurnya ini sedikit banyak mengingatkanku terhadap My Name is A, di mana tokoh utamanya adalah laki-laki yang kemudian di masa sekarang bertemu dengan tokoh perempuan dari masa lalunya. Dan mereka semacam punya issue tersendiri yang melibatkan tokoh perempuan tersebut. Namun untuk kasusnya di komik ini, kita akan dibawa paa cerita yang lebih emosional dengan melibatkan sudut pandang lain yang diselipkan dalam ceritanya. Penasaran maksudnya apa? Itu akan berlanjut di poin selanjutnya.
Poin selanjutnya adalah tokoh-tokoh. Bisa kubilang di sini nggak terlalu banyak namun aku akui penulis cukup lihai dalam menciptakan karakter dari masing-masing tokoh tersebut. Chemistry pertemanan para tokoh di sini juga mengingatkanku dengan para tokoh yang ada di serial Mr. Namelessness, meskipun beda-beda tipis sih.
Dan mungkin kalian akan kaget mengetahui fakta bahwa tokoh utamanya alias Shoya adalah seorang bully. Sadar nggak sadar hal itu terjadi karena keingintahuannya terhadap dunia yang mana dirinya sendiri adalah anak kelas 6 SD, di mana umur segitunya emang lagi aktif-aktifnya ya, bund. Jadi otomatis dia akan berusaha mencari kegembiraan lain yang menurutnya selama ini nggak pernah dia dapatkan.
Sekarang aku mau bahas hal yang aku suka di komik ini. Tentu saja dari segi pesan moral yang sebenernya nggak nyangka juga sih penulis akan menghadirkan tema dan konsep tersebut dari cerita ini. Semacam tamparan keras untuk kaum-kaum bully di sana bahwa tidak selamanya hidup itu indah, azek. Dan melihat bagaimana kehidupan Shoya yang tiba-tiba berbalik seratus delapan puluh derajat membuatku berujar "yas, you deserve it!". Tapi memang dari apa yang disampaikan penulisnya di sini baru akan kerasa banget di bagian menuju akhir.
Dan poin di atas akan nyambung sama poin selanjutnya yaitu hal yang aku kurang suka. Mungkin kurang tahunya aku dalam genre komik ini sendiri membuatku memang nggak berekspektasi apa-apa terhadap komik ini, sehingga ketika membaca dan disodorkan oleh kelakuan kurangajar dari Shoya membuatku sedikit emosi. Perasaan sebal demi perasaan sebal muncul sampai halaman terakhir komiknya, yang membuatku bingung harus mengungkapkan dalam bentuk apa.
Poin terakhir yaitu rating mengenai komik ini, meskipun aku masih diselipkan oleh perasaan sebal dan mungkin kurang nyaman dengan beberapa tindakan Shoya di sini, aku mau kasih komik ini 3,5 dari 5 bintang. Bisa jadi cerita yang baru buat memenuhi target bacamu di sela-sela reading slump. Meskipun kayaknya kalau untuk orang yang gampang ketrigger, komik ini bisa dikategorikan mengandung banyak trigger warning.
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai komik Silent Voice vol. 1 yang ditulis oleh Yoshitoki Oima. Buat kamu yang sudah baca komiknya juga atau yang sudah lihat animenya mungkin (karena aku nggak lihat anime), bisa banget tulis opininya di kolom komentar ya!
Aku akhiri dulu blognya sampai sini dan kita akan ketemu lagi di blog selanjutnya, dadah!
Komentar
Posting Komentar