Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata "pendidikan"? Setiap orang pastinya mempunyai banyak pendapat mengenai kata tersebut. Lalu pernahkah kalian berpikir bahwa pendidikan itu penting? Apakah pendidikan itu memang harus ditempuh hingga ke jalur yang lebih tinggi lagi? Mungkin untuk sebagian besar orang akan menjawab iya dengan menempuh pendidikan dari 0 hingga menyelesaikan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi bagaimana jika seorang gadis pedalaman desa yang nggak pernah menginjakkan kakinya ke sekolah tiba-tiba berniat menempuh pendidikan di perguruan tinggi? Kedengaran mustahil, memang. Namun itulah hal yang coba dikuak di buku ini.
Buku ini berkisah mengenai perjalanan penulis yang merupakan seorang gadis yang tinggal bersama keluarganya di pedalaman di suatu wilayah Idaho, Amerika Serikat. Keluarga Tara di sini digambarkan sebagai keluarga penganut mormonisme yang membuat mereka menjadi terisolasi dari masyarakat luar dan menganggap segala bentuk aktivitas yang diselenggarakan oleh Pemerintah adalah hal yang menyimpang dari aturan Tuhan. Yang mengakibatkan Tara dan juga kakak-kakaknya tidak mengenal pendidikan.
Mereka semua awalnya tidak menganggap aneh "aturan" yang ada di rumah mereka dan bahkan cenderung menormalisasinya. Sampai suatu ketika salah satu dari kakak Tara memilih untuk masuk ke perguruan tinggi yang menyebabkan Tara menjadi sadar bahwa selama ini ia berada dalam sebuah "ruang" yang membuatnya sangat terkurung dari dunia luar. Dan di situlah perjalanan Tara dalam mencari dirinya sendiri dimulai.
Karena buku ini adalah versi terjemahan, di sini terjemahannya cukup enak untuk dibaca. Mengalir begitu saja. Aku suka bagaimana penulis menggunakan diksi yang bervariatif dan cukup bisa menyentuh simpati kepada pembaca melalui kata-kata penulis di sini. Juga aku suka bagaimana perjalanan Tara di sini dituturkan sedemikian rupa hingga rasanya setiap bab membawa kesan baru bagi pembaca. Bahkan aku cukup sering kali mengingatkan ke diriku sendiri kalau buku ini bukan buku fiksi seperti jenis buku yang sering kubaca biasanya, saking terhanyutnya aku ke dalam cerita ini.
Buku ini terbagi menjadi tiga bagian yang mana menurutku setiap bagian itu menunjukkan fase atau pada siklus mana Tara ini berada. Dan di sini kita bisa melihat bagaimana Tara menjadi sosok wanita yang tangguh seiring bagian itu berjalan hingga akhir cerita.
Sekarang kalau membahas tokoh-tokoh di sini ada cukup banyak, dan selain Tara itu sendiri juga disebutkan beberapa kakak-kakakknya. Aku suka di sini bagaimana sifat dari kakak Tara ini yang sangat bervariatif dan beberapa dari mereka juga memiliki pemikiran yang sama dengan Tara.
Untuk tokoh yang aku suka di sini adalah Tyler karena dia cenderung berpikir jauh dan dia memiliki simpati kepada Tara. Dia bisa kubilang adalah satu-satunya anggota keluarga Tara yang sangat peduli pada Tara. Sementara untuk tokoh yang kurang aku suka di sini adalah Ayah Tara, yang mana memulai dan melahirkan nilai mormonisme ke dalam keluarga mereka, sehingga dia selalu merasa benar dan tidak mau tahu dengan omongan orang lain. Dan dia selalu berpegang bahwa Pemerintah hanyalah mengelabui orang yang suci.
Buku ini memang cukup tebal sekitar 500 halaman kurang sedikit, karena memang ada ucapan terimakasih dan sejenisnya. Namun percaya, 500 halaman di sini menurutku tidak terasa. Kita di sini bisa dibuat terpikat dengan ceritanya dan bagaimana segala sesuatu bisa terjadi di dalam sini. Bagaimana sosok Tara yang di awal kita kenal seperti itu menjadi sosok yang kita kenal di akhir cerita. Dan hal yang paling aku sadar di sini adalah bagaimana Tara memandang kehidupannya dengan begitu ikhlas dan dipenuhi rasa ingin tahu, namun di satu sisi dia juga memiliki perasaan yang bersalah dan seolah berkhianat. Di situlah dia mulai meragukan dirinya sendiri.
Banyak sekali hal yang dapat kuambil di dalam sini yang jika disebutkan satu per satu akan membuat blog ini makin panjang lagi. Cuman yang paling inti dari buku ini yang kusuka adalah bagaimana penulis menyadarkan kepada diri kita sendiri terkadang lingkungan yang "buruk" tidak menjadi penghalang untuk diri kita menjadi lebih baik. Prinsip yang dipegang oleh penulis di sini cukup kuat sehingga apa pun yang terjadi janganlah hanya memandang sebelah mata. Memang di setiap hal yang kita ambil, ada hal lain yang harus dikorbankan, tak terkecuali orang tua.
Sementara mungkin untuk masukan di dalam sini aku hanya merasa beberapa kali, cukup sering malahan, aku menemukan banyak kata-kata yang dobel. Entah mungkin itu memang selip atau bagaimana, cuman itu nggak membuat keseuran saat membaca ceritanya berkurang, kok.
Dari berbagai macam pendapat serta beberapa pertimbangan, aku mau kasih rating 4 dari 5 bintang buat buku ini. Buku ini memang sangat populer beberapa waktu ke belakang dan aku tidak mempertanyakan alasan kepopuleran buku itu setelah membacanya. Aku dibuat setuju dengan alasan buku ini dicap sebagai buku yang terbaik. Mengajarkan banyak nilai kehidupan dan sosial dan membuat kita tersadar bahwa pendidikan itu adalah salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri.
Sekian ulasan untuk buku ini, apakah kalian sudah membaca buku ini? Kalau sudah coba share di kolom komentar di bawah dan kita akan ketemu lagi di blog selanjutnya!
Komentar
Posting Komentar