Buat kamu yang ngikutin blog aku, mungkin pernah juga melihat Review Novel Edensor yang diulis oleh Andrea Hirata dan di situ aku bilang kalau aku suka banget sama novel ini. Dan kebetulan di bulan ini aku punya kesempatan lagi buat baca karya Andrea Hirata dan ternyata suka lagi!
Novel yang mau aku bahas di blog kali ini adalah Cinta di Dalam Gelas, dan ini merupakan buku kedua dari duologi Padang Bulan. Lagi-lagi, aku langsung baca buku keduanya ini tanpa tahu buku pertamanya menceritakan tentang apa. Ya... mengingat ini pinjam ya, jadi nggak usah banyak komplain! Hahaha.
Oke deh, tanpa basa-basi lagi mending kita mulai aja yuk ke review novelnya.
Novel ini bercerita tentang sebuah kehidupan di suatu daerah yang mungkin bisa dibilang terpencil atau pedalaman yang mana didominasi orang-orang Melayu dan juga Tionghoa yang mana keseharian masyarakat di sana bergantung pada berdagang dan mendulang timah.
Salah seorang wanita di sana yang bernama Maryamah mempunyai nasib yang tidak mengindahkannya pada usia remajanya. Dia yang berperan sebagai kakak tertua rela banting tulang sejak umur 14 tahun demi adik-adiknya serta merawat ibunya yang mulai sakit-sakitan semenjak meninggalnya ayahandanya.
Suatu hari Maryamah didera rasa sakit hati yang sangat yang disebabkan oleh mantan suaminya. Dan Maryamah ingin membalaskan dendamnya dengan elegan, yang satu-satunya dapat menghubungkan dirinya kembali dengan mantan suaminya, yaitu bermain catur.
Maryamah yang awam dan lugu soal baca tulis bertekad untuk bermain catur untuk menunjukkan dirinya yang sebenarnya, dan membuktikan bahwa dirinya bukanlah sosok yang gampang diremukkan. Namun, peraturan tak tertulis di daerah itu yang menyatakan bahwa perempuan tak boleh bermain catur apalagi bermain untuk melawan lelaki. Namun Maryamah sudah kelanjur kesulut sehingga nasib berada di pion-pion caturnya.
Wah tema yang nggak biasa ya! Dan aku sendiri pun sebenarnya cukup sering menemukan beberapa buku yang membahas patriarki namun aku nggak bisa bohong kalau novel ini menyajikannya dengan cara yang berbeda.
Kalau kamu pernah baca novel Edensor, di situ mengambil sudut pandang Arai kan, nah di novel ini mengambil sudut pandangnya dari Ikal yang which is sahabat Arai yang juga ada di novel Edensor. Jadi membaca novel ini semacam membawakan nuansa nostalgic tersendiri gitu lah ya buat aku.
Dan karena kita akan mengikuti sudut pandang Ikal, kita jadi tahu kehidupan Ikal ini seperti apa lebih detailnya. Dan bagaimana kekaguman Ikal terhadap Maryamah dan kehidupannya juga membuatnya terlibat dalam pelancaran aksi Maryamah itu untuk memenangkan perlawanannya dengan mantan suaminya.
Cerita di dalam novel ini juga bergerak maju yang mana kita akan bermula dari kehidupan Ikal yang mungkin lebih jelas di buku pertamanya, bahwa dia digambarkan bekerja di warung kopi milik pamannya. Mungkin background kehidupan Ikal yang lebih jelas bisa ditemuin di buku pertamanya, Padang Bulan, kali ya.
Kemudian di beberapa bab selanjutnya kita akan melihat bagaimana Ikal menggambarkan kehidupan suatu keluarga yang seolah ditimpa sial yang mana keluarga Maryamah. Dan penjabaran kehidupan Maryamah yang mengenaskan ini sudah aku jelaskan ya di awal tadi. Dan penjelasan tentang Maryamah ini sedikit banyak mengingatkanku sama novel Dia Adalah Kakakku yang ditulis Tere Liye.
Tokoh-tokoh di dalam novel ini ada lumayan banyak, mengingat ini adalah sebuah perkampungan yang mana orang-orangnya masih "kuno", jadi dengan banyaknya tokoh di sini cukup mendukung suasana tempat di dalam novel ini. Sifat dan karakter yang lebih kepada paten dan mempunyai satu prinsip tegak, semakin membuatku kagum dengan bagaimana penulis dapat membuat unsur hidup dalam novel ini.
Kalau untuk tokoh Ikal sebenarnya aku nggak bisa berkomentar cukup banyak. Karena meskipun cerita dituturkan dari sudut pandangnya, aku merasa tokoh utama di sini lebih cocok dikasih buat Maryamah, karena dia cukup memegang kendali terhadap cerita dan juga tema secara generalnya. Sementara Ikal sendiri aku tetap bisa merasakan kesamaannya di novel ini dan Edensor, yaitu selalu mementingkan solidaritas dan mau mendukung apa pun hal yang dirasa perlu untuk dipertaruhkan.
Lanjut membahas hal yang aku suka dari novel ini. Aku tentu suka dengan tema patriarki yang coba diangkat oleh penulis di dalam sini. Terlebih menggunaakan setting di daerah terpencil yang mana orang-orangnya mungkin masih bisa dibilang anti terkena paparan dari luar.
Selain itu, profesi Ikal sebagai pelayan di sebuah warung kopi otomatis menyajikan narasi tentang kopi. Bahkan sebagai salah satu orang yang merasakan pendidikan "dari luar", Ikal mempunyai pemikiran yang unik tentang secangkir kopi serta bagaimana dirinya mampu menganalisis orang berdasarkan kemauan racikan kopinya seperti apa. Itu menurutku keren sih. Semacam menambah unsur legit di dalam novel yang ini.
Dan nggak lupa bagaimana penulis juga memasukkan unsur catur itu sendiri. Jujur hal ini adalah hal yang awam buat aku tapi penulis mampu menjabarkannya secara detail dan bagaimana strategi-strategi bermain catur disampaikan juga turut membuatku takjub.
Sementara untuk hal yang kurang aku suka masih terkait dengan catur itu sendiri. Entah mengapa di sini dimasukkannya tokoh yang secara tidak langsung berperan dalam proses catur itu, jadi permainan catur di sini nggak pure "berjuang" gitu sih. Lagi-lagi aku nggak bisa judge terlalu banyak karena aku belum baca buku pertamanya, jadi untuk sementara begitu perihal penilaianku.
Akan tetapi aku cukup puas, bahkan sangat puas, dengan novel ini hingga aku selesai dan menutup bukunya. Karenanya aku mau kasih rating 5 bintang sempurna untuk novel ini. Sebuah novel dengan narasi yang memikat yang cukup entertaining yang aku rekomendasikan buat kamu.
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai novel Cinta di Dalam Gelas karyanya Andrea Hirata. Kalau kamu tertarik membaca novel ini mungkin bisa cari di toko buku terdekat atau di e-commerce ya! Dan share dong novel-novel Andrea Hirata yang kamu suka di kolom komentar. Aku akhiri dulu blognya sampai sini dan kita ketemu lagi di blog selanjutnya!
Komentar
Posting Komentar