Adakah di antara kamu yang sekarang berstatus siswa SMA? Kalau ada, kayaknya buku yang mau aku bahas kali ini bakalan cocok banget nih buat kamu! Apalagi kalau kamu sudah menginjak kelas XII, makin cocok lagi untuk kamu baca nih.
Di kesempatan kali ini aku mau bahas buku Waspada Jacket Syndrome yang ditulis oleh Robbani Alfan. Daripada kamu penasaran emangnya buku ini ngebahas apa sih, dan kenapa ada syndrome-syndrome segala, cus kita mulai ke reviewnya!
Mungkin banyak di antara kamu yang bertanya-tanya sebenarnya maksud dari judulnya itu apa. Termasuk aku sendiri yang pertama kali ngelihat buku ini di perpustakaan sekolah, aku pun bertanya-tanya emangnya apaan dah Jacket Syndrome?
Jadi buku ini akan membahas mengenai fenomena yang menurut penulis selalu meningkat pada masa-masa mendekati kelulusan siswa kelas XII SMA, dan hampir rata-rata pasti semuanya akan terkena virus ini, yang penulisnya beri nama Jacket Syndrome.
Singkatnya Jacket Syndrome adalah perasaan tergila-gila terhadap satu nama kampus yang didukung oleh silaunya warna jaket almamater dari kampus tersebut, yang berakibat pada mau nggak mau apa pun harus dilakukan untuk menjadi mahasiswa di PTN tersebut.
"Lho, bukannya bagus ya kalau kayak gitu? Memicu semangat belajar juga kan? Kok malah disepelein?"
Aku pribadi juga punya pendapat seperti itu ketika awal-awal baca, dan mungkin tagline buku ini yang sedikit kontradiktif dengan kebanyakan pendapat masyarakat banyak juga menjadikan buku ini menyajikan hal yang berbeda.
Namun yang lebih ditekankan sama penulis di sini adalah fenomena salah jurusan yang makin hari juga makin banyak. Terbukti bahwa penulisnya sendiri mengakui terkadang dirinya merasa salah jurusan. Nah salah jurusan inilah yang ingin di-hightlight oleh penulis, sehingga membuat kita para calon mahasiswa jadi berpikir 2x sebelum menjadi bagian dari suatu perguruan tinggi.
Aku yang saat membaca buku ini di posisi anak kelas XII, merasa banyak sekali masukan-masukan secara nggak langsung yang bisa buku ini kasih ke aku pribadi. Ibaratnya lebih ngena gitu lah ya. Dan aku selalu merasa kalau buku ini tuh emang tepat banget dibaca di waktu-waktu mendekati kelulusan begini, alias semester 2 di kelas XII.
Cukup banyak insight-insight yang aku dapetin dari buku ini, yang disajikan dengan bahasa yang ringan dan luwes, namun di satu sisi kita bakalan sampe di bagian yang cukup mindblowing, sehingga bener-bener dibuat mikir di dalam sini mengenai langkah kita selanjutnya.
Buku ini sendiri dibagi menjadi dua bagian yang kalau boleh kurangkum, bagian pertama akan menjabarkan mengenai kehidupan pra-kuliah, jadi di sini kita bakalan dijabarin beberapa kehidupan di dunia perkuliahan yang bisa jadi pertimbangan kita, yang akan mengerucut pada latar belakang munculnya fenomena Jacket Syndrome. Sementara untuk bagian kedua lebih ke dunia perkuliahan itu sendiri yang mungkin strategi-strategi apa yang bisa kita lakuin ketika menjadi mahasiswa, khususnya yang merasa "salah jalur".
Di buku ini juga menyediakan banyak sekali contoh atau kisah-kisah terkait beberapa tema yang sedang dibahas oleh penulis, sehingga dapat memperkarya beberapa tips-tips yang sudah dijabarkan.
Overall aku mendapatkan hal-hal berikut dari buku ini:
1. Memikirkan posisi sebagai mahasiswa itu sebagai amanah
Karena di sini penulis menjelaskan bahwa kita telah memperoleh 1 kursi dengan para puluhan saingan lain. Jika kita nggak memaksimalkan kesempatan ini, tentu kita seolah-olah berbuat dzolim terhadap puluhan peserta lain yang barangkali punya visi dan misi yang jelas selama kuliah.
2. Hasilkan karya selama kita berada di perguruan tinggi
Dengan begini kita lebih bisa mengaplikasikan ilmu yang sudah kita pelajari, dan terlebih-lebih lagi karya yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Ternyata membuat karya nggak harus dari hal yang ribet ngejelimet, tapi hal sederhana pun dapat menjadi suatu karya.
3. Prospek Pekerjaan
Bahwa semua jurusan itu mempunyai prospek, tinggal bagaimana kita menyikapi dan menemukan mana yang sekiranya dapat bertahan dalam jangka yang panjang. Bukan mementingkan kesenangan sementara saja. Ini kayaknya setara sama prinsip dikotomi kendali di Filosofi Teras, ya.
4. Memahami makna kuliah itu sendiri
Berkaitan dengan poin nomor 1 tadi, bahwa kuliah itu adalah suatu kesempatan besar yang sebaiknya nggak boleh disia-siakan, dan beberapa pertimbangan lainnya seperti kehidupan di kampus itu sendiri pun harus kita pikirkan jika memang benar-benar mau menjadi bagian dari suatu perguruan tinggi negeri. Dan yang paling penting adalah,
5. Hindari Jacket Syndrome
Memang sih ini agak sulit terutama masih terlibat sedikit benak-benak bahwa jika kita berada di kampus A maka kualitas diri kita akan meningkat. Kalau dari aku pribadi, selagi kamu emang benar-benar punya visi di kampus itu dan tujuan kuliah yang jelas, why not? Kejar sampai dapet dan membuktikan dengan karya, rasa-rasanya Jacket Syndrome itu pun insecure sama kamu! Hahaha.
Dan kayaknya ini menjadi akhir dari review buku kali ini. Aku mau kasih rating 5 dari 5 bintang alias sempurna. Mungkin penilaiannya bisa berubah tergantung dari siapa yang baca, kali ya. Aku sendiri rekomendasiin buku ini buat kamu yang masih SMA, terutama buat yang kelas XII.
Tapi kalau kamu sekarang masih kelas X atau XI justru lebih bagus lagi, untuk mempersiapkan dirimu jadi lebih mateng. Jangan setengah mateng!

Komentar
Posting Komentar