Ada nggak di sini yang fansnya Tere Liye? Ya, beliau adalah salah satu penulis Indonesia yang pealing terkenal dan kayaknya rata-rata para pembaca udah sering dengar namanya ya, atau juga sering baca karya-karyanya. Nah di sini aku juga mau ngebahas nih salah satu karya Tere Liye yaitu Dia Adalah Kakakku. Novel yang udah jadi wishlistku sejak kelas 8 SMP. Dan gimana sih perasaanku setelah selesai ngebaca novel ini? Yuk kita mulai reviewnya!
Novel ini pula sedikit mengajarkanku apa sih arti dari kebersamaan dan juga bagaimana sikap rela berkorban yang sesungguhnya tuh terpancar di sini.
Membaca buku ini juga sedikit membuatku pribadi sih merenung dan jadi berpikir dengan apa kasih yang selama ini diberikan. Karena ya nggak dipungkiri, membaca buku ini memang cukup membuatku menaruh simpati.
Di sini penceritaannya dituturkan dari sudut pandang orang ketiga yang akan mengikuti dari sudut pandang berbagai tokoh, yaitu dari tokoh-tokoh anak-anak Mamak Lainuri ini. Untuk gaya berceritanya di sini khas Tere Liye yang mana mengalir dan pemilihan kata-katanya tuh metaforik tapi terkesan gampang untuk dimengerti.
Ngomongin soal metaforik di sini aku menemukan keunikan yang nggak aku temukan sebelumnya di novel-novel kary Tere Liye lain yang pernah kubaca. Menurutku kiasan seperti itu jarang atau mungkin belum pernah kutemuin di buku lainnya. Yang mana membawakan sesuatu yang fresh buat aku pribadi.
Dan di sini pertamanya tuh aku nggak ngeuh kalau alurnya maju-mundur. Jadi pembagian alurnya di sini dibagi menjadi dua timeline yaitu di masa sekarang dan di masa anak-anak Mamak Lainuri ini masih kecil. Aku suka bagaimana penulis bisa menggambarkan situasi yang berbeda-beda dari tiap-tiap anak di sini sehingga karakternya mereka tuh bisa menonjol satu sama lain. Semacam punya ciri khas gitu deh.
Di bagian awal itu sebenarnya cukup membuatku bertanya-tanya dan bingung karena disuguhkan oleh suatu kondisi yang membuat anak-anak Mamak Lainuri ini terpaksa harus pulang ke rumah mereka masing-masing. Dan aku suka banget dengan bagaimana setiap anak ini yang mendapat kabar mendadak tersebut, benar-benar genting gitu loh keadaannya. Karena "perjalanan" mereka kali ini membawakan perasaan yang berbeda dari kunjungan-kunjungan mereka biasanya ke rumah Mamak Lainuri.
Terus juga aku suka dengan bagaimana penulis membangun kisah dua alurnya ini perlahan-lahan dan semakin membuatku pengin terus membalik halaman-halaman berikutnya. Bikin nagih gitu deh!
Kemudian di sini untuk tokoh-tokoh lumayan banyak, belum lagi ditambah tokoh-tokoh sampingan yang melengkapi "keramaian" suasana di rumah Mamak Lainuri ini. Untuk tokoh yang aku suka di sini aku suka dengan Dalimunte, karena rasa-rasanya dia anak yang paling bisa diandalkan dan salah satu yang membawa pengaruh di kampung tempat mereka tinggal. Dan juga dia di sini digambarkan menjadi lelaki yang cerdas bahkan sampai bergelar doktor.
Selain itu tentu dengan tokoh Kak Laisa yang, aku sampai gak tau mau ngomong apa lagi, benar-benar berhati malaikat. Aku bener-bener bisa banget merasakan apa yang dia rasakan dan bagaimana dia itu nggak pengin terlihat sedih di depan adik-adiknya. Kebahagiaan itu hak mutlak hanya untuk adiknya, dirinya belakangan. Begitulah kira-kira prinsip hidupnya yang, aduh, beneran nggak habis pikir aku dengan sifatnya itu. Di balik sifat garangnya dia, ternyata dia hatinya lembutnya ngalahin busa sabun bayi!
Kalian bisa baca sendiri untuk tahu maksudku dengan sifat Kak Laisa ini ya.
Sekarang untuk ngomongin hal yang disuka, banyak sih. Tentu dengan tersampaikannya wishlistku dengan membaca buku ini dan ternyata aku tidak salah memilih buku untuk dijadikan wishlist. Lagi-lagi Tere Liye menawarkan cerita yang unik dan menginspirasi. Banyak banget hal yang bisa kuambil dari novel ini dan juga lewat narasi penulis, aku bisa dibawa merasakan simpati yang lumayan bikin haru.
Kemudian aku juga suka bagaimana penulis mendeskripsikan segala sesuatu, lagi-lagi. Karena emang nggak dipungkiri bagaimana Tere Liye bercerita cukup enteng banget gitu rasanya. Ngalir tapi konteks yang dibawakan juga berbobot sehingga dari proses membaca yang mengalir itulah kita mendapat pembelajaran-pembelajaran baru di sini.
Dan di sini juga sedikit dipercikkan isu-isu sosial, contohnya aja kayak perempuan itu nggak usah sekolah tinggi-tinggi. Perempuan harus di rumah. Perempuan harus nikah di umur sekian. Dan sebagainya. Dan sebagainya.
Wah pokoknya kalau mau ngomongin hal yang gak disuka kayaknya nggak akan selesai-selesai. Butuh satu video khusus kayaknya! Hahaha.
Sementara untuk hal yang kurang aku suka di sini mungkin terletak pada repetisi di beberapa babnya. Karena memang di bagian awal yang ditunjukkan adalah sebuah SMS jadi otomatis apa yang menjadi reaksi dari masing-masing anak terkadang diulang kembali di bagian yang menceritakan anak yang lain. Menurutku sebenarnya itu memang wajar sih mengingat hal sebelumnya yang dicantumkan yaitu SMS tersebut. Overall untungnya aku nggak merasa terganggu dengan repetisi-repetisi tersebut.
Dan karenanya, untuk menutup review kali ini aku mau memberikan penilaian yang, lagi-lagi sempurna, yaitu 5 bintang untuk novel ini. Setelah lumayan lama aku nggak ngebaca karya Tere Liye lagi (selain dari Bumi Series) aku akhirnya menemukan bacaan lainnya dan langsung disambut dengan cerita yang dinilai tinggi. Novel ini aku rekomendasikan buat kamu yang suka baca novel bergenre slice of life dan yang mengandung unsur kekeluargaan gitu deh.
Dan FYI aku baca novel ini karena acara baca barengan yang diadain sama kak Ica dan aku. Jadi nanti di akhir bulan Februari, tanggal 26, bakalan ada live discussion yang membahas tentang buku ini. Buat yang sudah baca cus ikutan diskusinya ya! Terima kasih sebelumnya.
Sampai situ untuk reviewku kali ini. Makasih banyak buat yang udah baca sampai sini dan kita ketemu lagi di blog selanjutnya!
Komentar
Posting Komentar