Hai hai semuanya! Wah lumayan lama ya aku nggak upload konten di blog lagi. Meskipun begitu ada salah satu novel yang baru saja aku selesaikan nih dan pengin ku-share ke kamu mengenai impresiku terhadapnya. Novel yang mau aku bahas kali ini tuh judulnya Layla Majnun karyanya Nizami Ganjavi.
Mungkin beberapa di antara kalian sudah cukup familiar ya dengan judul itu, dan nggak jarang banyak orang yang bilang judul yang satu ini menjadi salah satu novel romance klasik yang nggak boleh dilewatin. Emangnya isinya kayak gimana sih? Yuk cari tahu jawabannya di bawah!
Novel ini bercerita tentang seorang pemuda bernama Qays yang lahir dan besar dalam kondisi di mana bisa dibilang beruntung kali lah ya, karena ayah Qays ini semacam pemimpin suku yang terkenal di seluruh wilayah itu akan kebaikan hatinya.
Singkat cerita Qays terlahir di dunia dan dia tumbuh menjadi laki-laki sebagaimana layaknya lelaki lainnya, dan juga perkembangannya dibicarakan oleh warga setempat karena mewarisi kegigihan ayahnya.
Hingga suatu hari Qays bertemu dengan sosok yang membuatnya terpana yaitu Layla, dan dari pertemuannya dengan Layla itu menciptakan benih-benih membara di hatinya yang baru disadarinya sebagai rasa cinta. Dan ternyata Layla pun memiliki perasaan yang sama.
Namun fakta bahwa perasaan di dalam hati mereka yang terkuak itu membuat suku Layla marah besar yang mengakibatkan terjadinya hal yang membuat Qays dan Layla menjadi berpisah. Layla terdiam menahan sedihnya sementara Qays menunjukkan pada dunia kesedihannya, hingga ia sudah tidak bisa membedakan dunia luar dengan dunia yang diciptakannya, dan ia pun mendapatkan julukan si Majnun alias si gila.
Qays dengan perasaan berantakan mulai merontokkan dirinya dari kehidupan dan seiring berjalannya waktu, usaha dan upaya dilakukan orang terdekatnya namun hasilnya nihil, hingga membawa ke kesimpulan bahwa tiada hal yang dapat dilakukan Qays selain tetap menjaga cintanya untuk Layla.
Dari premis yang barusan kujelaskan mungkin bisa dibilang cukup klise dan sederhana sekali ya topik yang ada di sini, tapi karena kesederhanaan itulah membuatku sebagai pembaca dapat menemukan pesan tersirat secara jelas di dalam sini.
Sekarang kita mulai ke reviewnya, yang pertama di sini aku mau bahas mengenai narasinya. Novel ini diceritakan dari sudut pandang orang ketiga yang akan berfokus pada dua tokoh, sesuai dengan judul novel ini, yaitu Layla dan si Majnun Qays. Bisa kubilang gaya bercerita penulis ini sangatlah unik karena bagaimana penulis merangkai kata-katanya di sini tuh seolah membuatku terbius dan merasakan daya pikat pada novel ini.
Penggunaan diksi dan juga perpaduan metafora di sini yang disampaikan melalui sajak dan ode yang suka disampaikan oleh tokoh Majnun di sini cukup kental yang membuat suasana ceritanya cukup magis dan menyihir. Nggak luput juga deskripsi di dalam sini yang juga oke punya baik pada deskripsi tempat ataupun suasana yang terjadi di dalam sini.
Alurnya sendiri menurutku bisa dibilang cepat atau mungkin karena aku sibuk terpanah dengan bius kata-kata si penulis, membuat alurnya terkesan seperti datar dan mungkin cenderung lambat untuk beberapa orang. Ceritanya bermula dari ayah Qays yang sudah lama mengidamkan seorang anak untuk meneruskan kedudukannya dan lahirlah Qays ke dunia ini, hingga akhirnya ia tumbuh menjadi remaja dan mengenal hormon cinta itu.
Untuk alurnya pun aku juga nggak merasakan masalah di sini.
Tokoh-tokoh di dalam novel ini nggak terlalu banyak sebenarnya dan seiring penambahan tokoh baru, hal itu akan berpengaruh terhadap renungan yang disuguhkan novel ini. Nggak jarang berbagai tokoh yang dihadirkan cukup membawa kesan tersendiri setelah "urusan"-nya terselesaikan, dan aku lagi-lagi suka dengan bagaimana penulis menginterpretasikan hal tersebut dari tokoh-tokoh baru yang dimunculkan di sini.
Sekarang aku mau bahas hal yang aku suka dari novelnya, yang pertama tentu dari kata-kata yang dirangkai penulis yang membuatku kagum, terkesima, sekaligus merasakan renungan-renungan yang benar adanya. Nggak jarang novel ini sedikit banyak mengingatkanku pada Sang Alkemis dan juga The Little Prince karena pesannya cukup kentara di dalam sini, dan menyodorkan fakta yang benar-benar terjadi di sekeliling kita bahkan sampai detik ini.
Fyi novel ini ditulis di sekitar tahun 1100-an yang membuat novel ini memang sangat legendaris bahkan sampai di abad sekarang. Dan fakta bahwa topik yang diangkat masih relevan untuk sekarang membuatku takjub dan memang menjadikan novel ini novel klasik yang nggak boleh dilewatkan. Bayangin aja, novel yang ditulis hampir 1000 tahun yang lalu masih memuat nilai esistensi yang sama di zaman sekarang!
Sementara untuk hal yang kurang kusuka mungkin di sini ada bagian-bagian yang cukup repetitif bahkan benar-benar copy paste dari narasi di paragraf-paragraf sebelumnya, dan itu mungkin cukup sering kutemui di sini. Tapi aku sebenarnya bisa menolerir hal tersebut karena bagaimana penulisnya membuat repetisi itu cukup halus dan tetap bisa memukau dengan kata magisnya itu. Jadi ini lebih ke preferensi saja sih.
Dan itu membawaku ke kesimpulan atau poin terakhir dari review ini, aku mau kasih rating 5 dari 5 bintang untuk novel romance ini. Another romance novel that i loved yang bakalan aku kasih rekomendasi ke kamu untuk icip baca juga. Kalau kamu penggemar novel klasik atau novel yang puitis dan penuh makna, novel ini bisa kamu baca atau jadikan TBR list-mu yang selanjutnya!
Nah itu tadi adalah reviewku mengenai novel Layla Majnun yang ditulis oleh Nizami Ganjavi. Makasih banyak banget buat yang baca sampai sini dan kita ketemu lagi di blog selanjutnya!
Komentar
Posting Komentar