Selamat tahun baru 2023 semuanya! Nggak kerasa kita membuka lembaran baru lagi ya, ciaelah. Nah di awal tahun yang masih fresh ini, aku juga nggak kehilangan minat untuk baca novel-novel klasik yang dari dulu pengen aku baca.
Salah satunya, yang bakalan aku bahas di blog kali ini, yaitu The Old Man and Sea atau judul terjemahannya menjadi Lelaki Tua dan Laut, yang ditulis oleh Ernest Hemingway. Mungkin kamu juga sudah nggak asing ya dengan judul yang satu ini, apalagi novel ini tuh banyak dapat penghargaan.
Kalau kamu penasaran, langsung aja kita mulai yuk ke reviewnya!
Dan dalam cerita ini, hari ini menjadi hari ke-84 di mana Santiago berada di lautan namun tidak mendapat 1 ekor ikan pun. Dan di hari ke 85 Santiago percaya bahwa keajaiban akan terjadi.
Seorang anak muda yang bernama Manolin, mengetahui rencana Santiago dan dia mempersiapkan segala-galanya bagi pria tua itu. Namun karena satu dan lain hal, Santiago memutuskan berangkat sendirian.
Singkat cerita, di tengah lautan, Santiago mulai mengarungi samudera dengan caranya yang tidak biasa. Dengan cara yang mungkin dianggap sebagian orang gila. Dengan cara yang selalu menjadi bahan cemoohan nelayan-nelayan lainnya.
Namun Santiago tahu akan ada sesuatu yang layak dipertaruhkannya.
Nah itu tadi sekilas mengenai isi cerita di novel ini. Memang nggak terlalu banyak karena novel ini pun hanya mempunyai sekitar 112 halaman, jadi tergolong pendek ya, dan mungkin bisa kamu baca dalam satu kali duduk juga.
Sekarang aku mau bahas narasinya. Di sini menggunakan sudut pandang orang ketiga yang akan menuturkan kisah Santiago dan juga Manolin yang sudah saling mengenal bahkan ketika Manolin berumur 5 tahun. Kehidupan sederhana Santiago di sini juga digambarkan dengan jelas dengan diksi-diksi yang klasik.
Mungkin gaya bercerita di novel ini juga dipengaruhi oleh gaya tejemahan penerjemahnya, Sapardi Djoko Damono, yang seringnya kita tahu sebagai penulis Indonesia yang cukup legendaris juga dan menyajikan ide-ide out of the box lewat karya-karyanya. Dan membaca novel ini yang diterjemahkan oleh salah satu penulis legendaris itu, seolah membaca kisah lama orang-orang tua dahulu di negeri yang jauh di sana.
Alurnya sendiri di sini bergerak maju dan bisa kubilang lambat. Bahkan kalau tidak salah, cerita di novel ini hanya berkisar sekitar satu minggu. Atau mungkin bisa lebih cepat atau lama dari waktu itu. Memang penjabaran yang sudah aku singgung sebelumnya cukup membuat novel ini bergerak dengan lambat dan pelan, layaknya arus air yang membawa Santiago ke tengah lautan.
Dan dengan keunikan yang bisa ditemui dari novel ini, yaitu hanya mempunyai satu bab tanpa pembatas lainnya, menjadikan novel ini memang seperti memamerkan rangkaian kata-kata dan kalimat-kalimatnya di dalam sini.
Kemudian tokoh-tokoh yang hanya sedikit itu, juga memberikan kita semacam pembatas tak terlihat untuk mengeksplorasi jauh mengenai karakter. Namun tidak ada lagi yang bisa kita telusuri selain tokoh Santiago itu sendiri. Dan semakin ke belakang kita mengikuti ceritanya, juga semakin dalam kita menemukan kejanggalan-kejanggalan pada tokoh utama kita ini.
Sekarang aku mau bahas hal yang aku suka, di sini aku bisa merasakan bahwa novel ini mengajarkan apa itu arti kebahagiaan dan keikhlasan. Bahwa apa pun mempunyai dasar filosofis yang mungkin seringnya kita lupakan.
Aku baru sadar ketika mengetikkan review ini kalau memang novel ini cukup filosofis di satu sisi, namun di sisi lain agaknya menimbulkan perdebatan. Terlihat dari beberapa review di Goodreads, sikap filosofis Santiago itu cukup menguras tenaga dan emosi. Yang mungkin pemikiran seperti itu untuk tahun di mana Santiago hidup terlalu tidak relevan dan tidak urgent.
Kalau dari sudut pandangku sendiri aku tidak mempermasalahkan hal itu, meskipun novel ini akan membawa kita ke ending yang gamang dan memberikan tanda tanya besar terhadap pembaca. Dan kita merasa "ditipu" karena mengharapkan akan adanya sesuatu terjadi di ending cerita.
Meskipun begitu aku memberikan rating 4 dari 5 bintang untuk karya klasik yang satu ini. Salah satu karya klasik yang secara tersirat menyampaikan bahwa karya klasik tidak mesti harus tebal dan beratus-ratus halaman hanya demi mengungkapkan kehidupan orang di zaman dulu.
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai novel Lelaki Tua dan Laut yang ditulis oleh Ernest Hemingway. Kamu sendiri suka atau enggak nih dengan novel yang satu ini? Bisa sharing di kolom komentar di bawah ya! Aku akhiri blognya sampai sini dan kita akan ketemu lagi di blog yang selanjutnya!
Komentar
Posting Komentar