Kembali di kesempatan kali ini aku mau mereview satu novel thriller yang juga cukup hype beberapa tahun belakangan ini, dan aku baru punya kesempatan untuk baca di bulan ini, yaitu: The Life We Bury yang ditulis oleh Allen Eskens.
Untuk buku yang ini aku baca di Google Play Books atau mungkin kamu juga bisa baca di beberapa platform lain atau beli bukunya secara langsung, baik di toko buku atau di penerbitnya, ya! So tanpa berlama-lama lagi langsung saja yuk kita mulai ke reviewnya!
The Life We Bury ini bercerita tentang seorang pemandu sorak yang ditemukan tewas terbakar dalam sebuah gubuk atau gudang tua milik seorang pria bernama Carl Inverson. Tentu saja Carl menjadi tersangka utama, dan singkat cerita telah melewati serangkaian persidangan dan menghabiskan masa tua nya di penjara.
Tiga puluh tahun kemudian seorang mahasiswa bernama Joe Talbert mendapat tugas untuk menuliskan biografi seseorang, dan Joe mendapati sosok Carl adalah subjek yang menarik untuk diceritakan.
Seiring dengan Joe menuliskan biografi tersebut, semakin dia masuk ke dalam kisah rumit dan juga kasus misteri tak terpecahkan selama tiga putuh tahun lamanya. Dan di saat itu juag dirinya harus dihadapkan dengan kondisi keluarganya yang menguras tenaga dan emosi.
Mampukah Joe menangani semua itu? Kamu bisa baca sendiri di novelnya ya!
Yang pertama di sini aku mau review dari naras novel ini. The Life We Bury ini diceritakan dari sudut pandang orang pertama dari sudut pandangnya si Joe. Lewat sudut pandang Joe ini kita bisa tahu bagaimana keseharian Joe yang merupakan seorang mahasiswa yang harus hidup dengan keadaan yang bisa kubilang cukup kacau.
Kacau di sini dalam artian Joe harus menghadapi sifat ibunya yang cukup problematik, pergi keluar dengan segelintir pria dan juga cukup abusif. Di satu sisi adiknya adalah seorang autisme yang hidup bersama ibunya. Karena dua kombinasi inilah terkadang Joe harus mengalah akan banyak hal, bahkan Joe mencoba bekerja sebagai penjaga sebuah bar demi memenuhi kehidupan dan juga untuk biaya kuliahnya.
Untuk alurnya sendiri novel ini bisa kubilang so-so sih ya. Nggak terlalu cepat ataupun lambat. Kita di sini juga akan diperkenalkan dengan bagaimana Joe yang mendapat tugas tersebut dan bagaimana dirinya secara tidak langsung akhirnya dipertemukan dengan Carl yang menurutnya mempunyai background masa lalu yang cukup eksentrik, antimainstream, dan berbeda dari yang lainnya, sehingga membuatnya yakin untuk menjadikan Carl subjek dalam biografinya.
Seiring berjalannya cerita kita juga akan dilihatkan Joe yang berkenalan dengan tetangga apartemennya yang bernama Lila. Lama-kelamaan Lila mulai menyadari bahwa apa yang diriset oleh Joe bukan hanya mengenai biografi Carl Inverson, melainkan kasus yang pernah menimpanya tiga puluh tahun silam. Lewat tugas itu Joe secara nggak sadar semacam nyemplung ke dalam kasus yang akhirnya berinisiatif untuk meminta bantuan polisi untuk mengungkapkan kebenarannya.
Untuk tokoh-tokoh, di novel ini sebenarnya nggak banyak sih ya. Selain dari tiga tokoh utama yaitu Joe, Carl, dan juga Lila, ada tokoh ibu dan juga adik Joe yang sesekali muncul. Di beberapa bagian aku bisa tahu bagaimana perasaan-serba-salah yang dimiliki oleh Joe ini. Dia merasa bahwa dirinya dewasa sehingga merasa tidak bertanggungjawab untuk mengurus adiknya, namun begitulah kenyataannya.
Sementara untuk tokoh Lila di sini, jujur saja awalnya aku agak ngeri dengan dia karena dia tampak misterius dan cuek. Seolah dia juga tidak pernah menyadari keberadaan Joe sebelum dirinya bertemu secara dekat sejak Joe membawa adiknya ke apartemennya.
Sekarang aku mau bahas hal yang aku suka di sini, yang pertama bagaimana penulisnya memasukkan unsur investigasi yang membuat ceritanya terasa nyata. Bagaimana di beberapa bagian tertentu kita akan mengikuti berkas-berkas atau catatan yang menyangkut kasus Carl tersebut sehingga kita bisa mendapatkan detail-detail terkait kasus yang menyangkut Carl tiga puluh tahun lalu itu.
Terus aku juga suka dengan bagaimana hubungan Joe dan juga Lila yang semakin lama semakin erat karena kasus ini. Secara nggak langsung juga akhirnya membuat satu sama lain tertarik yang akhirnya adanya unsur romance di sela-sela kita mengikuti cerita misteri di sini.
Sementara untuk hal yang kurang aku suka, mungkin ini aku sedikit greget saja ya melihat bagaimana Joe melakukan segala macam upaya untuk membuktikan kebenaran dan bagaimana kode-kode yang bermunculan membuat banyaknya teori yang diciptakannya. Yang mana sangat bertolak belakang dengan Carl yang menganggap semua itu tidak ada gunanya. Bahkan si empunya kasusnya sendiri pun nggak bergerak banyak, karena Carl diceritakan sedang sakit kanker pankreas, jadi dia hanya bisa berdiam diri di ranjang.
Jadi kesannya tuh kayak Joe melakukan apa yang bukan tanggungjawabnya gitu loh, paham nggak sih. Instead of melakukan tugas biografinya, dirinya justru nyemplung terlalu jauh dan akhirnya harus berusaha melawan sosok keji yang hampir saja merenggut nyawanya. Dan sekali lagi, ini tuh rasa-rasanya nggak fair ya melihat Carl yang hanya "duduk diam" saja menunggu ajal.
Tapi bisa kubilang endingnya cukup memuaskan dan heart-warming. Karena kegigihan Carl itulah dia mendapatkan semacam kompensasi dari pihak kepolisian sebesar 100.000 dollar. Menurut aku emang sangat deserve sih ya bagaimana Carl mendapatkan uang itu pada akhirnya, yang sempat membebani pikirannya untuk putus kuliah karena masalah biaya. Jadi bisa kubilang Carl juga menjadi sosok hero di sini.
Dan ini membawaku ke poin terakhir yaitu rating, dan untuk novel ini aku mau kasih 3,5 dari 5 bintang. Mungkin buat kamu yang suka dengan cerita misteri dan mencoba mengungkapkan kasus yang sudah lama terjadi, boleh banget baca novel yang satu ini!
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai The Life We Bury karyanya Allen Eskens. Buat kamu yang sudah baca boleh banget tulis opininya di kolom komentar di bawah ya!
Aku akhiri dulu blognya sampai sini dan kita akan ketemu lagi di blog-blog selanjutnya! Dadah!
Komentar
Posting Komentar