Di bulan ini aku baru menyelesaikan satu novel thriller, setelah lumayan lama nggak baca novel thriller gitu kan. Terus juga judul yang mau aku bahas kali ini juga lumayan lama aku penasaran untuk baca, setelah melihat blurb-nya yang lumayan menarik.
Novel yang mau aku bahas kali ini yaitu The Eyes of Darkness atau judul terjemahannya jadi Mata Kegelapan, yang ditulis oleh Dean Koontz. Yang aku baca ini adalah novel versi terjemahan yang diterjemahkan oleh Gramedia. Jadi tanpa berlama-lama lagi langsung saja kita mulai yuk ke reviewnya!
Namun yang menggemparkan, anaknya, Danny, sudah meninggal lebih dari setahun yang lalu.
Awalnya Tina berusaha melupakan hal tersebut, dan mencoba berkata pada dirinya sendiri bahwa Danny sudah tiada. Namun lambat laun, Tina selalu merasa hadirnya sosok Danny di dekat dirinya.
Berbagai macam usaha sudah coba dia lakukan, hingga menyibukkan diri pada karir sebagai sebuah kepala manager di sebuah teater, namun teror-teror yang menyangkut Danny semakin banyak bermunculan.
Bersamaan dengan itu Tina berkenalan dengan seseorang bernama Elliot yang ternyata mempunyai koneksi kuat dengan badan hukum. Tina pun meminta tolong pada Elliot untuk membantunya mencari kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
Pertanyaannya mampukah Tina mencari tahu kebenaran apa yang terjadi yang menimpa anaknya setahun lebih yang lalu itu. Dan apakah yang akhirnya ditemukan mereka berdua pada akhirnya, kamu bisa baca sendiri di novelnya ya!
Sekarang aku mau mereview untuk bagian narasinya. Narasinya diceritakan dari sudut pandang orang ketiga yang akan berfokus pada Tina. Lewat cerita ini kita akhirnya jadi tahu bagaimana kehidupan Tina setelah kematian Danny yang diceritakan cukup misterus dan di satu sisi, mengenaskan.
Selain dari sudut pandangnya Tina kita juga akan mengikuti dari sudut pandang Elliot. Dengan background pendidikan dan pekerjaan yang memang berada di bidang hukum, kita bisa tahu bagaimana Elliot di sini juga tampak ambisius saat mengetahui rencana Tina terhadap kondisi saat ini.
Untuk alurnya sendiri menggunakan alur maju di mana hanya mempunyai timeline sepanjang empat hari. Namun bisa kubilang ini adalah empat hari "terlama" yang pernah aku rasakan ketika membaca suatu buku. Sehingga bisa kubilang alur di dalam buku ini cukup lambat.
Dan bagaimana penulis memasukkan beberapa informasi-informasi seputar hukum dan juga spy di tengah-tengah ceritanya juga bikin kita mendapat banyak informasi sekaligus yang membuat progress membacanya cukup tersendart-sendat.
Untuk tokoh-tokoh di dalam novel ini sebenarnya nggak terlalu banyak. Di samping Tina dan Elliot, di sini ada juga Michael yaitu mantan suami Tina. Di sini kita bisa tahu bagaimana Tina setelah kematian Danny bisa dibilang cukup kacau dalam pernikahannya, karena Michael yang menganggap kematian Danny adalah kesalahan Tina.
Kalau untuk tokoh Tina sendiri di sini aku suka karena dia juga menunjukkan karakter empowered woman gitu, yang mana dia tidak memilih untuk bersedih dengan apa yang menimpanya, justru dirinya menyibukkan diri dengan pekerjaan. Dari yang awalnya sebagai penari di atas panggung, kini dia bisa memegang posisi yang cukup penting dalam merencanakan berlangsungnya teater, dan juga menghubungkan dirinya dengan berbagai macam pihak yang dapat menguntungkan teater tersebut dan juga dirinya.
Namun seperti semua ibu, dia memiliki insting keibuan yang kuat. Mengenai bagaimana dirinya mendapat banyak "pesan-pesan" yang mengindikasikan bahwa Danny masih hidup, jadilah begitulah yang mulai diyakininya perlahan sembari mencoba menggaet Elliot yang ternyata juga tertarik dengan kasus tersebut.
Sekarang aku mau bahas hal yang kusuka dari novel ini. Yang pertama bagaimana penulis membangun setting tempat yang cukup kuat, bahkan dengan detail-detail terkecil sekalipun. Di sini contohnya saja yaitu tempat teater Tina bekerja di mana digambarkan sangat megah, dan bagaimana hotel yang sedang ditempati Tina juga memiliki aura serupa. Ada juga tempat kerja Michael di sebuah bar sampai ke pelataran antah-berantah yang jauh di pegunungan, semuanya digambarkan dengan baik oleh penulisnya.
Selain itu aku suka dengan bagaimana di sini ambisi seorang Tina untuk mengungkapkan kebenaran mengenai tewasnya anaknya, karena diyakini cukup mencurigakan. Jadi anak Tina ini ceritanya sedang mengikuti kegiatan cagar alam / pramuka gitu, namun bus yang membawa anak-anak itu dikabarkan mengalami kecelakaan dan jatuh ke jurang. Namun Tina dan Michael tidak pernah mendapat kesempatan melihat Danny sebelum dia dikuburkan karena alasan "Danny tewas terlalu mengenaskan".
Kemudian, di novel ini tuh ada satu hal yang cukup menarik setelah aku baca. Yaitu bahwa sedang adanya penelitian sebuah wabah yang disebabkan oleh virus bernama Wuhan-400. Membaca bagian itu sedikit membuatku merinding karena itu mirip dengan apa yang sempat terjadi di 2020 lalu. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, novel ini rilis di 1981! Yang mana itu jauh sekali dari sebelum virus Covid muncul, ya kan?
Sayangnya ada beberapa hal yang kurang aku suka setelah membaca novel ini, yaitu aku tidak menyangka penulisnya akan memasukkan unsur paranormal di dalam sini, yang secara nggak langsung membantu Tina dan Elliot dalam menyelesaikan masalah yang ada di novel ini. Kalau dipikir-pikir sih ya, yang akhirnya membuat novel ini jatuhnya terkesan nggak make sense in someway...
Tapi selain itu novel ini bisa kubilang cukup entertraining in some way, karena juga adanya adegan action yang semakin membuat novel ini kompleks. Bahkan bisa kubilang novel ini bener-bener kompleks karena kita juga akan menemukan unsur romance di sini.
Ini membawaku ke poin terakhir yaitu rating, jadinya novel ini aku mau kasih rating 4 dari 5 bintang. Sebuah novel thriller yang benar-benar megegangkan, dengan premis yang menarik yang bikin penasaran untuk bacanya.
Oke itu tadi adalah reviewku mengenai novel The Eyes of Darkness atau Mata Kegelapan yang ditulis oleh Dean Koontz. Buat kamu yang sudah baca bisa ditulis impresiku di kolom komentar ya.
Sekian dulu blog kali ini dan kita akan ketemu lagi di blog-blog selanjutnya, dadah!
Komentar
Posting Komentar